Pulang 2

Sekarang pikirku tidak sedang berada dimana
Tiap kata menjadi tidak komprehensif
Selalu bertanya-tanya tentang keberadaan

Rumah...
Menjadi sebuah komposisi antara destinasi dan pribadi
Pulang...
Sebuah kata yang makin kau sebut, semakin tidak memiliki makna

Dengan semua tanya yang mengawasi
Aku ingin pergi dari sini
Tapi ketika pergi nanti,
Apa yang hendak aku cari?

Lantas,
Apakah aku harus menjadi pengungsi
dalam kepalaku sendiri?

Surabaya, 30/05/2016 15:00

Pulang 1

Ketika pulang membutuhkan alasan

Seketika itu pula manusia kehilangan rumah
Hasratnya sudah tiada
Hatinya menjadi tawar dan dingin

Menjadikan laut dan ombak tempatnya mengadu
Badai sepi menyembunyikan wajahnya pucat pasi
Rautnya pucat, nampak sudah tidak sehat

Pulanglah...
Tak mau kah barang sebentar saja
Rehat, beristirahat
Agar pribadi dalam kepalamu
Kembali dikenali

Surabaya, 29/05/2016 07:15

Keping Kecil Bernama Suaka

Masing-masing kita memiliki Suaka
Yang, entah Tuhan ingin atau tidak, mungkin menjadi neraka
Ia yang mendengar tiap keluhmu
Menatap kesendirianmu
Menyekat masa lalu, sekarang, dan masa depan
Dan akan memaksamu menjalani sebuah pilihan,
berhenti, dan membiarkannya terkunci,
atau
biarkan ia menari dan hidup sampai Surga tidak ada lagi

Yogyakarta, 18/05/2016 10:06

Barisan Kata Maaf

Sebelum aku benar-benar percaya ada kata terlambat
Aku ingin meminta maaf
Karena mencintaimu terlalu dini,
hingga tak sempat Matahari mengucap selamat tinggal pada Malam
Karena mencintaimu terlalu dalam,
sampai luput samudera menjadi kiasan
Karena maaf yang terucap terlalu membeludak,
yang penuh arti menjadi sesak di hati

Coret aku dari daftar impianmu itu
Tak pantas namaku ada di situ
Bersanding dengan kota-kota yang ingin kau kunjungi,
dengan mimpi yang terus kau perbarui
Tapi
Kamu akan selalu menjadi nafas yang terpendam dari puisi-puisiku
Rusuk yang tak pernah patah dalam diam aksaraku

Yogyakarta, 14/05/2016 10:08
Matahari pagi tak selalu menawan
Ia melalui proses panjang bernama malam
Membawa bersamanya embun yang selalu melamun
Dalam pangkuannya, aku dibuat terpana
Ku dengar tawa dahan yang bergemerisik
Bersama nafas hembusan angin
Melambat
Kian lama makin cepat
Hingga tiba-tiba membutakan
Menjadi siang yang terlalu terang

Kaliurang-Yogyakarta, 01/05/2016 06:02