Bersandarlah aku dihari itu
Melawan terik matahari
Di bawah balkon rumahku
Melamunkan cerita khayal
Di Stuttgart
Desing mesin jet pesawat
Deru mobil
Mendekat rapat ke telingaku
Menggangu sekali
Tapi aku sudah biasa
Seperti sapa kurir susu pagi hari
Hari itu di Stuttgart sedang panas
Awan yang biasanya baik
Berpaling balik badan sembunyi tangan
Mungkin di sana ada
Satu atau dua
Mencoba menjadi munafik terhadap dirinya
Tapi tak lama, kembalilah ia ke asal
Awan baik yang munafik
Berjalan aku lalu
Lewat tiap blok ke arah taman
Bersanding kopi hangat di jemari kananku
Melangkah pasti tak pasti
Mecari teteduhan buatku lelap
Tapi kopiku itu buatku hidup
Dalam lelap ku terjaga tetap
Menulis asal dalam senyap
Sebuah surat dari Stuttgart
Untuk kawan pena di sana
Di seberang hidup tiga benua
Berharap ia akan tertawa saat membaca surat gila ini
Masih kosong
Aku lihat kertasku masih kosong
Tapi di sisi lain aku juga melihat berkas setitik airmata
Aku rasa berkas itu saja cukup
Cukup mewakili apa yang aku rasakan saat ini
Mewakili rasa rindu sampai pilu hati
Untukmu
Seorang kasih yang kuyakini sampai mati
Untukmu aku hidup
Untukmu aku menulis
Untukmu aku mati
Untukmu
Sepucuk surat mati dari Stuttgart
20/07/2012 18:56
No comments:
Post a Comment