Hujan Semalam

Daun kering yang kemarin jatuh di pekarangan
Dihapus keberadaannya oleh hujan semalam
Menjadikannya sia-sia dalam keadaannya
Di pekarangan,
Yang tinggal hanyalah tanah yang dingin
Menunggu cinta dari biji jeruk yang tak kunjung jatuh
Biar bisa dihidupinya, nanti
Biji jeruk tidak tahu bakal buahnya seperti apa
Yang manis,
Yang masam,
atau tidak sama sekali
Dahan akan kering
Bunga akan layu
Daun akan kembali jatuh
Dihapus hujan semalam
Pekarangan,
Hanya bisa kedinginan
Yogyakarta, 25/03/2015 07:03

Sajak Kacamata

Aku mencintaimu seperti kacamata yang kau pakai,
Yang tak pernah kau lihat tapi ada lebih dekat dari segala macam benda-benda di depanmu,
Serta menata ihwal pandangmu tentang yang jauh dan dekat

Aku menyayangimu seperti kacamata yang kau pakai
Yang menampakkan jelas semua kesamaran,
Namun menyamar dengan rapi di depan matamu

Membuatmu tampak lebih manis diperhatikan

Aku menemanimu seperti kacamata yang setia,
Yang hanya bisa hilang bila kau lupa menaruhnya,
Atau jatuh di jalan dan tak kau temukan kembali

Aku telah mencintaimu seperti semua kacamata,
Yang hanya dapat kau lihat jelas saat kau lepas,

Untuk sekedar dibersihkan atau ditinggakan demi kacamata baru

Disadur dari Jawa Pos. Minggu, 4 Maret 2012, halaman 10. Karya Yayan Triyansyah.

Sajak ini adalah yang paling aku ingat dari semua sajak yang pernah aku baca. Di sajak ini lah, aku menemukanmu.

Redup... Lalu Hilang

Tiap daging yang menggerakkan tulangku
Adalah refleksi dari gerikmu
Tiap huruf per kata yang kubaca
Seakan menyusun dirinya sendiri dalam senyap
Musik yang mengalun di ujung ruangan
Melukis lembut wajahmu di balik kelopak mataku
Nafas yang aku hirup akhirnya melambat
Menyelaraskan ritme degup jantungku dengan derap langkahmu pelan
Darahku tak turun lagi ke telapak tangan
Memperjelas kecemasanku
Keringat menetes lewat air mata
Pasrah bukan pilihan
Tapi hanya itu yang ditawarkan hangatnya Langit

23:23 19/03/2015

Aku akan berhenti, saat telingaku sudah muak dengan syair dan nada ini.

Melihat Keadaan

Pagi ini aku terbangun oleh dingin
Tempatku berlindung saat malam sedang melepas panas
Aku tidak dapat merasakan kakiku
Maupun akal sehatku
Sampai aku membuka pintu

Seperti kaktus lepas dari gurun,
Aku kehilangan ke-aku-anku
Menjadi lemah karena kelebihan muatan
Air yang harusnya menjadikanku bertahan,
Kini sekuat tenaga membusukkanku

Aku masih tidak yakin apakah Tuhan sengaja melahirkanku prematur
Tanpa persiapan aku mulai hidup
Tanpa persiapan pula aku bersiap untuk mati
Setelah hidup dan sebelum mati,
Apa yang jadi kehendak-Mu untukku?
Apakah cukup seperti ini?
Atau masih seperti ini?

7:40 13/03/2015

"Semua orang bisa menulis, tapi tidak semua orang beruntung bisa mempublikasikan tulisannya."

Ombak

Aku bersila di pinggir pantai
Menunggu digulung ombak yang kotor
Dihadapkan pada badai di balik horizon sana
Tengok ke kanan, yang ku lihat adalah puing
Tengok ke kiri, yang ku rasa hanya bara
Melihat ke depan pun aku hanya disuguhi air yang tenang
Tanpa riak
Tanpa buih
Aku membuat diriku bersila lebih dekat dengan air
Karena aku merasakan kantuk pada kesadaranku
Ku ambil air segenggam
Yang ku dapati adalah darah
Darah yang merasa bosan punya inang yang kosong
Dan akhirnya keluar
Tak punya darah pun tak masalah, pikirku
Nyiur melambai tak setuju
Menjatuhkan sebuah untuk membuatku terjaga
Aku masih menunggu ombak itu datang
Datang untuk melenyapkanku

0:01 02/03/2015