Pertemuan Singkat

Yang pergi tidak benar-benar mati
Jauh di sini, aku selalu menitipkan kecup rindu lewat desir angin
Dingin
Mentari yang jatuh menutup lembar kenangan gerimis senjakala
Dimana kita, aku dan kamu
Menutup mulut, membuka telinga, mendengar bersama
Hangat
Sepertinya aku tidak membutuhkan seluloid
Hanya untuk melukis senyummu dalam ingatanku
Kopi yang sengaja kita seduh itu, melakukannya untukku
Pahit
Tetes hujan yang jatuh
Menandakan kepergianmu, atau kepulanganku
Kita menjadi aku, dan kamu
Lalu terdispersi, terdisipasi

Hujan, berhenti.

Yogyakarta, 24/09/2016 21:15

Elegi

Elegi itu datang lagi
Kembali mengancam jiwa yang penuh ragu
Dalam perjalannya mencari terang, tenang
Coba ia terus berontak
Agar tak kembali terjebak cahaya palsu
Biarlah hari-harinya penuh resah dan gelisah
Supaya ia tetap tahu apa yang dihadapi di depannya
Supaya tak buta matanya disilaukan terang yang menyerang
Seolah hidupnya kini adalah sebuah paradoks
Yang diciptakannya sendiri
Dari kepahitan masa lalu,
Dari ketakutan masa depan,
Dari gelisah tak teratur tentang masa kini
Meninggalkan sebuah tanda tanya
Benarkah tanda tanya itu tidak ada jawabnya?
Banyak kata yang tak kuucap
Semoga itu bukan jawabnya

Yogyakarta, 06/09/2016 23:35