Tiap kali rindu menusuk dada kiriku, tepat di jantung,
teringat ku namamu.
Tiap kali ku berpaling menjauh,
kembalilah ku namamu.
Berlari ku ke bukit,
teriak ku namamu.
Tak ada satu pun yang tahu siapa, atau apa, yang mengejar merpati putih ini ke hutan,
tempatku menyembunyikan peti hati.
Kasihan dia, mungkin sayapnya akan terkoyak
oh, atau mungkin malah ranting akal sehatku yang patah diterjangnya.
Yang ku percaya hanya 1 hal, tak akan ada peti yang tidak dibuka.
Begitu pula hati keras ini.
Aku pun percaya, dan aku pun tahu
suatu saat, kau pasti datang dan membukakan peti kecil hatiku ini.
Alam dan Apapun yang Aku Tulis
Aneh rasanya menulis di tengah gelap malam hari ini. Apalagi alam, sungguh, aneh.
Anggap aku batu,
yang diam, tenang, tidak bergerak di tengah hempasan deras arus sungai.
Anggap aku ikan Salmon,
bergerak ke hulu mencari damai, melawan arus.
Anggap aku debu,
masuk ke semua pasang mata pengendara dihari yang menyengat.
Anggap aku pohon,
jadi jiwa, jadi pelindung, jadi celah cahaya hutan, jadi penyokong air kehidupan.
Anggap aku angin,
membawa pergi semua benih Dandelion ke tanah perantauan tak tentu arah dan tujuannya, tak tentu tumbuh atau tak.
Anggap aku Matahari,
makin lama makin destruktif, tapi tetap sinari mahkluk, tetap tak minta balas jasa pada Bumi.
Anggap aku embun,
dingin, sejukkan hari kala Mentari dan Mega menyatu warna di ufuk timur kota kita.
Anggap aku buaya,
selalu menunggu, oportunis, pasif. Tapi berbahaya saat mencari kudapan.
Anggap aku katak,
takkan sempurna, takkan bahagia, takkan berubah, tanpa kecupmu, di hidupku.
Anggap aku batu,
yang diam, tenang, tidak bergerak di tengah hempasan deras arus sungai.
Anggap aku ikan Salmon,
bergerak ke hulu mencari damai, melawan arus.
Anggap aku debu,
masuk ke semua pasang mata pengendara dihari yang menyengat.
Anggap aku pohon,
jadi jiwa, jadi pelindung, jadi celah cahaya hutan, jadi penyokong air kehidupan.
Anggap aku angin,
membawa pergi semua benih Dandelion ke tanah perantauan tak tentu arah dan tujuannya, tak tentu tumbuh atau tak.
Anggap aku Matahari,
makin lama makin destruktif, tapi tetap sinari mahkluk, tetap tak minta balas jasa pada Bumi.
Anggap aku embun,
dingin, sejukkan hari kala Mentari dan Mega menyatu warna di ufuk timur kota kita.
Anggap aku buaya,
selalu menunggu, oportunis, pasif. Tapi berbahaya saat mencari kudapan.
Anggap aku katak,
takkan sempurna, takkan bahagia, takkan berubah, tanpa kecupmu, di hidupku.
Labu dan Lilin...
Lalu, apa hubungannya?
Jack o' Lantern?
Ya, tapi bukan, aku tak ingin kau menganggapku menyamakanmu dengan labu jelek itu.
Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau mirip dengannya,
selalu ada dan menerangi saat hatiku merayakan Halloween
Jack o' Lantern?
Ya, tapi bukan, aku tak ingin kau menganggapku menyamakanmu dengan labu jelek itu.
Aku hanya ingin kau tahu bahwa kau mirip dengannya,
selalu ada dan menerangi saat hatiku merayakan Halloween
-
Ada alasan kenapa aku membencimu lebih dari apapun sekarang ini.
Bukan karena pengkhianatan,
bukan karena cinta,
bukan karena aku tidak suka kelakuanmu,
bukan.
Tapi aku benci saat kau datang kembali mengusik hariku dengan harap kembali padaku.
Bukan karena pengkhianatan,
bukan karena cinta,
bukan karena aku tidak suka kelakuanmu,
bukan.
Tapi aku benci saat kau datang kembali mengusik hariku dengan harap kembali padaku.
Lembaran Kenangan dan Simpul Senyum...
Tiap hari Rabu pulang sekolah, sewaktu cinta belum menjamah otak kiriku
Sebuah sisi lain dari diriku
Aku telah belajar banyak
Simpul dan temali, pengetahuan yang seru, menurutku
Lilit sana
Putar sini
Tarik sana
Kencangkan sini
Walau pada akhirnya aku hanya dapat mengikat tali sepatu dan kantong plastik
Simpulku tak kunjung usai, perasaan itu ikut mendorongku menggali lebih dalam
Hanya saja, pelajaran kali ini lebih cepat membuat aku lapar
-Aneh memang, tapi tiap kali aku lelah berpikir aku pasti begitu-
Bukannya membuat, tapi mencari cara mengurai lembaran kenangan yang ku buat dari simpul-simpul senyum indahmu
Simpul-simpul yang ingin ku uraikan, semakin lama semakin merapat dan hilang batasnya seakan tak ingin dilepas, terlepas, atau melepas
Apa di sana kau tahu ini tidaklah mudah?
Apakah harus aku menguraikan lembaran ini?
- Tanyaku,
Dengarlah,
Jawablah!
Sebuah sisi lain dari diriku
Aku telah belajar banyak
Simpul dan temali, pengetahuan yang seru, menurutku
Lilit sana
Putar sini
Tarik sana
Kencangkan sini
Walau pada akhirnya aku hanya dapat mengikat tali sepatu dan kantong plastik
Simpulku tak kunjung usai, perasaan itu ikut mendorongku menggali lebih dalam
Hanya saja, pelajaran kali ini lebih cepat membuat aku lapar
-Aneh memang, tapi tiap kali aku lelah berpikir aku pasti begitu-
Bukannya membuat, tapi mencari cara mengurai lembaran kenangan yang ku buat dari simpul-simpul senyum indahmu
Simpul-simpul yang ingin ku uraikan, semakin lama semakin merapat dan hilang batasnya seakan tak ingin dilepas, terlepas, atau melepas
Apa di sana kau tahu ini tidaklah mudah?
Apakah harus aku menguraikan lembaran ini?
- Tanyaku,
Dengarlah,
Jawablah!
Subscribe to:
Posts (Atom)