Aneh rasanya menulis di tengah gelap malam hari ini. Apalagi alam, sungguh, aneh.
Anggap aku batu,
yang diam, tenang, tidak bergerak di tengah hempasan deras arus sungai.
Anggap aku ikan Salmon,
bergerak ke hulu mencari damai, melawan arus.
Anggap aku debu,
masuk ke semua pasang mata pengendara dihari yang menyengat.
Anggap aku pohon,
jadi jiwa, jadi pelindung, jadi celah cahaya hutan, jadi penyokong air kehidupan.
Anggap aku angin,
membawa pergi semua benih Dandelion ke tanah perantauan tak tentu arah dan tujuannya, tak tentu tumbuh atau tak.
Anggap aku Matahari,
makin lama makin destruktif, tapi tetap sinari mahkluk, tetap tak minta balas jasa pada Bumi.
Anggap aku embun,
dingin, sejukkan hari kala Mentari dan Mega menyatu warna di ufuk timur kota kita.
Anggap aku buaya,
selalu menunggu, oportunis, pasif. Tapi berbahaya saat mencari kudapan.
Anggap aku katak,
takkan sempurna, takkan bahagia, takkan berubah, tanpa kecupmu, di hidupku.
No comments:
Post a Comment