Dalam Sebuah Tisu

Dalam sebuah tisu
Aku ingin karyaku diingat
Dan dibuang dunia neraka jahanam
Dalam sebuah tisu

Aku melempar khayalku pada kematian
yang sudah lama aku lupakan
dalam kenangan dan kebencian
Yang aku lihat hari ini adalah aku nanti
ketika aku mati
Bukannya melihat aku yang lulus dari cobaan otak tak terperi
Melenggang santai dalam tuksedo necis
yang lekat dengan orang gedongan
Bagiku, mati dengan gaya lebih membanggakan
daripada hidup dikurung dosa
Mati jelek adalah mati yang hanya ada dosa, dusta, dan nista
yang dipangku neraka
Dengan kebalikannya,
hidup bahagia yang penuh dosa, dusta, dan nista yang disokong dunia dan neraka

Tapi apa mau dikata,
yang mampu mengtur hidup matinya hanyalah yang putus asa

Tuhan bicara lewat hati,
manusia mendegarkan hati
hati-hati mendengarkan hati
Hati Tuhan dan hati manusia menyatu saat surga dan dunia bersatu mau
Aku berkata pada hati agar dia mau bicara dengan Tuhan dari hati
Supaya nanti kalau aku mati
agar Ia punya hati menemani
Biarpun Tuhan bicara lewat hati
dan aku coba pahami
Biarpun aku mencoba pahami lewat telepati
Tidak ada satupun kata yang dapat aku antisipasi melalui hati ini

Sampai kapan mau mengerti
Sampai kapan mau peduli
Aku tetap tak mengerti

Tuhan dan Hati

Ditulis di atas selembar tisu
Kamis, 01-11-2012 jam pelajaran ke-4

No comments:

Post a Comment