-

Kepadaku kau minta banyak hal
Kepadamu,
aku hanya meminta satu hal:
Jangan jadi berandal!

Supaya sepiku tidak mengutuk
segala bentuk fantasi
Agar kelak segala yang kau cintai
tidak mengidap sepi
Sebab neraka membuka pintunya
pada semua yang mati fikirnya
karena sepi

Yogyakarta, 20/12/2017 11:13

Mencobai Tuhan Sekali Lagi

Di tengah ego yang semakin sombong
Masih ku lafalkan doa yang sama
Bicara dengan Tuhan dengan nada sekenanya
Seakan Tuhan adalah operator telefon
Berharap doaku adalah saluran bicara dua arah
Tapi Tuhan melihat segala kesombonganku
dibalik segala keangkuhan yang kubuat sendiri
Membiarkan murkanya meluap-luap
Membakar segala yang aku minta
Merobek luka yang mulai mengering
Dengan bengis melihatku kehabisan darah
Tidak tertawa,
cuma melihat saja
Semoga aku tidak tertawa
Karena terlalu ceroboh mencobai Tuhan
Siapakah aku ini, Tuhan?
Ingatkan aku
Dan jangan lupa perbaiki aku
Baru saja aku mengkritik diriku sendiri
Tapi tetap melakukannya sekali lagi

Yogyakarta, 04/11/2017 19:45

Dalam tiap tenggakan kopiku malam ini, tanganku gemetaran
Aku menemukan keresahan di dasar cangkirku
Aku tahu kau pun merasa begitu
Keraguan yang kita ciptakan cukup eksperimental
Yang satu takut membuka, yang satu takut terluka
Aku butuh bulan purnama untuk ajarkan aku percaya
Kau butuh samudra untuk teriakkan namaku sekerasnya
Hujan turun lebat membutakan mata dan memekakkan telinga
Membuat kita bertanya sedang berada dipersimpangan yang mana
Lalu kau tanyakan semuanya
Aku jawab sekenanya
Tapi tampaknya kau masih tak bisa terima
Apa diamku belum menggambarkan semuanya?

Yogyakarta, 08/10/2017 21:57

Ombak yang berdesir pelan
Mengantarkan sapaku padamu
Ku katakan padamu,
ini bukan perpisahan
Hanya sekedar waktu pembelajan
Yang mulanya sapa hanya sejarak langkah,
sekarang horison menjadi pemisah
Aku harap sekarang kita tahu
Bahwa waktu kita terbatas,
tapi doa kita tidak
Karena tinggi langit sudah hingga,
hatimu tetap aku belum bisa kira
Semoga waktu dan nasib baik selalu bersama kita
Biar aku temui kamu lagi
Di Yogyakarta

Urmboridori, Supiori Barat, Papua - 18/06/2017 18:36

Pulang 4

Kalau bisa aku memilih,
Aku memilih pulang
Karena di sini semua serba terbuka, terburu-buru, gegabah, dan ceroboh
Pikirku dulu di sini bisa cari kehidupan
Ah, bodoh,
Gila apa, menyelami satu-satu watak pongah yang begitu dalam dalam tempo yang kaupikir lama, tapi tidak juga?
Yang ada makin tenggelam, tersedak, dan mati dalam kehausanmu sendiri
Tidak berarti salahmu dalam mendefinisi informasi sebagai komoditas,
Tapi pedagang tidak boleh bodoh dalam mata pencahariannya sendiri
Aku ingin pulang
Karena di rumah, kesendirianku hangat
Karena rumah, menawarkan perhatian yang nyata, tidak berlebihan, tidak pula menipu
Rumah bagiku adalah tempat yang menyuguhkan kesedihan san kebahagiaan di saat yang bersamaan

Urmboridori, Supiori, Papua 16/07/2017 18:41

Logaritma Pisau

Lantunan lagu yang biasa kita dengar kini menjadi nada-nada kosong
Jalan pulang menuju rumahmu berubah gersang tanpa pepohonan
Matahari mengiringi langkah kita dengan lesu
Begitu tenggelam,
amarah di dadamu lepas
Tali kasutmu koyak
Kuping-kupingmu tuli
Teriakku kau jadikan bisu
Pisau yang baru kau asah tadi pagi
Kini bertanya-tanya dalam genggamanku
"Darah siapa yang akan membasuhku, Tuan?"
Ragamu lepas kendali,
Pisau terbang menebas
Nadiku kebas
Nyatanya tanganku kau genggam untuk kau jadikan alat tebas

Yogyakarta, 27/08/2017 23:36

Repetisi

Lagi-lagi yang kau suguhkan adalah repetisi
Repetisi yang kau gemakan berulang kali
Membuat semua berjalan lambat
Perjalanan selebaran rel,
terasa menyeberangi gurun
Yang dipikiranku, ya cuma kamu,
Kamu tahu itu, kan?

Tidak perlu
Aku selalu berkata, itu tidak perlu
Kalau tidak percaya,
robek saja tempurung kepalaku ini
Cari hal-hal lain di kepalaku,
selain kamu
Atau maksudmu, kau suruh aku mengingatkanmu kembali,
tentang yang lalu-lalu?
Ah, tidak usah
Basi
Toh, besok sudah jadi tugasku
Mengingatkanmu
Bahwa yang boleh menggunakan nama keluarga yang diturunkan Bapak adalah kamu saja

Jadi,
Sekarang kalau kamu tidak mau membuatkanku teh,
istirahatlah dahulu
Jadilah dorman seperti kecambah belum bertemu air,
dan tunggu aku

Perjalanan Surabaya - Yogya, 16/04/2017 19:39

Roman Tentang Masa Depan

Kita pernah berbicara tentang masa depan
Dan seberapa kita tidak menginginkannya
Memohon agar jarum jam tidak bergerak maju
Agar bulan tidak meringkuk hilang ditiup hembusan nafas pertama matahari
Supaya pelukanmu melingkar dan mengakar,
menyatu dengan tulang rusukku
Dan bibirmu bisa lekat-lekat menciumku di belakang telingaku yang satu
Berharap tidak akan ada kesempatan yang lain,
seperti hari ini kau menginginkanku
seakan hari ini terakhir daun-daun mencipta oksigen untuk kita hirup
Tapi pikiran kita terlalu dekat,
untuk hari esok yang masih begitu jauh
Lalu bersama dengan matinya besok untuk yang ke sekian kali,
perasaan-perasaan berhambur berserakan karena berjalan terlalu dekat dengan matahari

Perjalanan Yogya-Surabaya, 13/04/2017 21:59

-

Ketika aku merasa sudah habis kata-kata di dunia
Ingatan akanmu kembali datang
Terasa hangat namun menyesakkan
Lebih menyesakkan daripada penyesalan
yang entitasnya membesar seiring berlalunya waktu tanpa aku memberi tahumu
apa yang sedari dulu mengganggu damai pikiranku
Ingin sekali waktu aku menumpahkan semuanya
Lalu menghasutmu berjalan berbalik arah
Namun aku tersadar, dan semua terasa salah

Surabaya - Yogyakarta, 13/03/2017 20:58

Yang Perlu Diselamatkan

Yang perlu diselamatkan adalah
Dia yang duduk di sampingmu waktu pagi mendung
Menceritakan masa kecilnya
Dan bertanya padamu hal-hal yang tidak ia mengerti
Lalu mengeluhkan betapa sulitnya mencari minuman yang ia sukai

Lalu tanpa aba-aba menghentikan langkahmu dengan pandangan kosong
Berkeluh tentang ketidak-adilan
Tentang hati kecilnya yang ia sembunyikan dari tatap mata
Yang membenci dirinya sendiri,
lebih dari kau tak menyukai sambal pada makananmu

Seakan merasa tak cukup dengan perkara duniawimu
Kau bertanya,
"Ada apa?"

Yogyakarta, 27/02/2017 0:52

Tak Ada yang Keluar Waktu Malam Hujan

Tak ada yang keluar waktu malam hujan
Kecuali kau seorang pembunuh bayaran
Atau ibumu sedang tidak enak badan dan memintamu membeli sup ayam
Mungkin terjadi, jika anjingmu tiba-tiba tersedak dan harus dibawa ke klinik
Bisa juga karena ada temanmu yang ingin bunuh diri dan kau adalah satu-satunya orang yang dia hubungi
Atau
Sekedar cari makan,
Pergi minum kopi,
Bercerita sampai pagi
Tapi kau bilang,
"Aku belum siap untuk jatuh cinta lagi."

Yogyakarta, 16/02/2017 0:16

-

Ku lihat ponselku tak berdering malam ini
Tak seperti malam-malam biasanya
Biasanya ditengah badai seperti ini
Selalu saja ada yang mengganggu lebih dari suara gemericik air yang jatuh di genting rumah
Atau suara-suara kodok dan tokek
Aku ambil buku yang belum sepenuhnya selesai aku baca
Ku bolak-balik sebentar halamannya
Berlagak tak ada yang aneh sama sekali dengan malam ini
Lalu kembali aku menilik ponsel yang tak kunjung juga berbunyi
Aku mencoba sibuk memilih kaset mana yang akhirnya ku putar
Tapi sial pengeras suaraku rusak
Tapi juga tidak ada pula dering ponselku sama sekali
Aku meraih komputer yang ada di dalam tasku
Dan aku bercerita kepadamu tentang malam ini

Yogyakarta, 28/01/2017 0:28

Menyendiri Bersama

Kalau tak ada lagi kata yang terucap,
akhirnya kita bisa menyendiri bersama.
Begitu katamu singkat dalam pesan yang kau kirim
Bersama pesan itu pun jarak yang menjadi dinding
sama sekali runtuh menjadi kepingan yang tak berarti
Malam yang bisu-tuli menjadi tahir
Lalu menjelma rupa-rupa kembang dan tembang lima nada
Ruangan yang dingin seakan merayuku untuk lamat-lamat memejamkan mata
sambil mengingat hangat tubuhmu,
wangi strawberry yang kini sudah mengakar di tulang punggungku,
rona mukamu waktu menghabiskan makananku malam itu
Gemerlap lampu kota kini menyenangkan, juga menenangkan
Mengarak kita satu-satu
menuju kesendirian
yang kita amini
bersama-sama

Surabaya, 18/01/2017 19:01

Sepi Semakin Modern

Sepi semakin modern
Di balik kata-kata,
ruang,
dan waktu
Orang-orang seperti ranting kering,
patah diinjak nanar mata
Air muka makin kering,
suara tawa makin pudar
Duka sembunyi di ketukan jari,
Suka tak lagi sempat memohon pada air mata
"Tidak apa-apa," kata mereka
Lalu kau percaya begitu saja?

Sepi semakin modern
Dekapmu makin lenyap,
sapamu kian tak terucap
Meninggalkanku sendiri
dengan suara-suara asing
Yang dengan manis tinggal
dalam setiap kenangan
yang tak banyak diberikan oleh waktu
untuk kita

Sepi semakin modern
Dalam keengganan yang diberikan Tuan
Untuk sekali lagi,
perbolehkan aku merengkuhmu
lalu bersama kita jatuh
dan hilang
dalam keramaian

Surabaya, 11/01/2017 22:56

*Tulisan ini terinspirasi dan menyadur beberapa kata dari karya Joko Pinurbo berjudul "Pesan dari Ayah" (2005)