Pedih rasanya ketika pilihan,
kian hari kian menjauh
Tak pernah kubayangkan rasanya ditinggalkan,
dan tak kembali
Ketika jiwa sudah tak lagi satu dengan akal
Melangkah menjauh, semakin jauh
Ketika jiwa tlah memberi banyak kesempatan,
tak ada satu kali pun akal menghiraukan
Tak ada sekali pun
Jika nalar ingin berkata sesuatu,
mungkin ia tak tahu akan merangkai paragraf yang tepat tuk menulis cerita ini
Aku tahu, tiap sayat memori yang tergoreskan takkan pernah sembuh
Aku ingin tiap goresan itu,
bukan menjadi luka pedih,
tetapi jadi peta pengetahuan agar tak ada gores luka yang sama
Berkelit aku tak mampu,
keluar apalagi
Hari ini kesempatan datang,
mungkin tidak dengan hari esok
Aku telah mempermudah pilihanmu
Jadi...?
No comments:
Post a Comment